TEORI RELASI OBJEK (MELANIE KLEIN)


BAB 1
PENDAHULUAN

Di dalam psikologi, tentunya membahas tentang hubungan antara individu dengan individu lainnya yang tidak akan pernah terpisahkan selama hidupnya (makhluk sosial), melalui kepribadian dan bagaimana kepribadiaan itu dibentuk sacara sosial, dari hasil perkembangan psikologis. Hal ini juga berkaitan dengan hubungan antara ibu dengan anak serta keluarganya, juga hubungan batin diantara ibu dan anaknya yang sangat kuat.
Manusia sebagai individu mempunyai berbagai kebutuhan hidup, mulai dari kebutuhan primer, kebutuhan sekunder sampai kebutuhan tersier. Untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya tersebut manusia sebagai makhluk sosial harus melakukan interaksi dengan sesama individu lainnya dan juga dengan lingkungan di sekitarnya. Setiap orang dalam suatu masyarakat masing-masing memiliki sikap dan juga kepentingan yang berbeda dengan individu lain, sehingga perbenturan kepentingan atau konflik tidak dapat dihindari dan dapat muncul kapan saja.
Secara sadar seseorang dalam bersikap dan bertindak selalu mempunyai tujuan atau motif yang meliputi apa, mengapa, dan bagaimana ia berbuat. Ia akan mempertimbangkan segala kemungkinan sebelum bertindak sehingga secara sadar pun ia akan mempertimbangkan segala kemungkinan sebelum bertindak sehingga secara sadar pun ia akan memahami segala macam risiko yang akan diambilnya sebagai akibat perbuatan itu dan siap untuk mempertanggungjawabkannya.
Dari hasil latar belakang tersebut kami ingin memahami teori relasi objek dari Melanie Klein serta membahas sebuah kasus dengan contoh kasus dan menganalisanya berdasarkan teori Melanie Klein.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Teori Relasi Objek

Teori Relasi Objek dari Melanie Klein dibangun berdasarkan observasi yang cermat pada anak-anak. Kebalikan dari Freud, yang menekankan empat sampai enam tahun pertama kehidupan, Klein menekankan  pentingnya empat sampai enam bulan setelah kelahiran. Ia juga sangat menekankan bahwa dorongan-dorongan pada bayi (lapar, seks, dan lainnya) dilandasi oleh sebuah objek, yaitu breast, penis, vagina, dan seterusnya. Menurut Klein hubungan anak dengan Breast merupakan dasar dari sebuah hubungan dan berperan sebagai prototipe dari hubungan selanjutnya. seperti ibu dan ayah. Kecenderungan awal seorang bayi untuk mcnghubungkan bagian-bagian dari suaiu objek membuatnya mengalami suatu kondisi tidak realistis atau serupa dengan khayalan yang memengaruhi hubungan interpersonalnya di kemudian hari.

2.2 Biografi Melanie Klein

            Melanie Reizes Klein lahir pada tanggal 30 Maret 1882 di Wina, Austria. Ia lahir sebagai anak terakhir dari empat bersaudara, dari pasangan Dr. Moriz Reizes dan istri keduanya, Libussa Deutsch Reizes. Klein percaya bahwa ia lahir sebagai seorang anak yang kehadirannya tidak direncanakan. Keyakinan ini membuatnya merasa ditolak oleh orang tuanya. Melanie merasa ada jarak dengan ayahnya, yang lebih mencintai kakak perempuannya, Emilie. Ketika Melanie lahir, ayahnya sudah lama melawan Yahudi Ortodoks dan menolak untuk menerapkan agama apapun dalam kehidupannya. Akibatnya, Klein tumbuh dalam keluarga yang tidak proagama, namun juga tidak antiagama.
            Saat Klein berusia 18 tahun, ayahnya meninggal, tetapi tragedi yang lebih besar terjadi dua tahun kemudian, yaitu ketika kakak laki-laki yang sangat dicintainya meninggal. Melanie menikahi Arthur Klein, seorang insinyur teman dekat kakak laki-lakinya Emmanuel. Sayangnya pernikahan Klein tidak bahagia, ia menghindari hubungan seksual dan tidak ingin hamil. Meskipun demikian ia mempunyai tiga anak dari pernikahannya.
            Klein berpisah dengan suaminya pada tahun 1919, namun perceraiannya baru terjadi beberapa tahun kemudian. Setelah perpisahannya,ia membangun praktik psikoanalisis di Berlin dan membuat makalah mengenai analisisnya terhadap Erich. Makalah ini merupakan kontribusi pertamanya dalam literatur psikoanalisis. Erich, dalam makalah tersebut, tidak diperkenalkan sebagai anaknya bahkan sampai waktu lamanya setelah kematian klein.

2.3 Pengantar Teori Relasi Objek
     Teori relasi objek merupakan bagian dari teori dari Freud mengenai teori insting, tetapi penyebabnya berbeda setidaknya dalam tiga hal. Pertama, teori relasi objek tidak terlalu menekankan pada dorongan-dorongan biologis dan lebih menekankan pada pentingnya pola yang konsisten dalam hubungan interpersonal. Kedua, kebalikan dari teori Freud yang bersifat paternalis dan menekankan pada kekuatan dan control sang ayah, teori relasi objek cenderung lebih maternal dengan menekankan keintiman dan pengasuhan ibu. Ketiga, teori relasi objek umumnya lebih memandang kontak dan hubungan sebagai motif utama tingkah laku manusia, bukan kesenangan seksual.
            Secara lebih spesifik dijabarkan bahwa teori mengandung banyak makna sesuai dengan jumlahnya. Klein dan teori relasi objek lainnya memulai dari asumsi dasar yang dikemukakan Freud tersebut. Kemudian, mereka berspekulasi mengenai bagaimana kenyataan atau khayalan seorang bayi di awal hubungan dengan ibunya atau dengan payudara ibunya. Juga bagaimana keduanya menjadi model dari hubungan interpersonalnya di masa mendatang. Bagaimanapun, hubungan pada orang dewasa tidak selalu seperti pandangan mereka. Bagian terpenting dari hubungan ini adalah representasi dari psikis internal pada objek-objek yang terkait erat, seperti payudara ibunya dan penis ayahnya yang pernah diintroyeksikan atau diambil dari struktur psikis seorang bayi dan kemudian diproyeksikan terhadap pasangan hidupnya. Gambaran-gambaran internal ini bukan representasi akurat dari orang lain, tetapi merupakan bagian atau sisa pengalaman awal setiap orang.
            Meskipun klein terus menyebut dirinya sebagai Freudian, namun ia melanjutkan teori psikoanalisisnya di luar batasan yang telah ditetapkan oleh Freud. Di lain pihak, Freud sendiri cendrung mengabaikan Klein (Feist, 2010, hlm 165).

2.4 Kehidupan Psikis pada Bayi
Jika Freud menekankan pada beberapa tahun pertama dalam kehidupan manusia, maka Klein lebih menekankan pada pentingnya empat sampai enam bulan.
A.    Fantasi
Salah satu asumsi dasar yang dikemukakan oleh Klein adalah walaupun baru lahir, seorang bayi sudah memiliki fantasia atau khayalan kehidupan yang aktif. Fantasi ini merupakan representasi psikis dari ketaksadaran insting id; yang tidak bisa dicampuradukkan dengan fantasi kesadaran yang dimiliki oleh anak-anak dan orang dewasa. Kelin memang sengaja mengejanya dengan fantasi (phantasy) untuk membedakan dengan kesadaran. Ketika Klein (1932) menulis mengenai dinamika kehidupan fantasi pada bayi, ia mengatakan bahwa bayi yang baru lahir bisa merangkum pemikirannya melalui kata-kata. Maksudnya adalah bahkan sejak masih sangat kecil, bayi memiliki gambaran ketaksadaran dari “baik” dan “buruk”. Klein mengemukakan bayi yang tertidur saat sedang mengisap jarinya sedang berfantasi bahwa ia menghisap puting payudara ibunya yang baik. Bayi yang kelaparan dan menangis serta kakinya menendang berfantasi buruk sedang menendang atau menghancurkan payudara ibunya yang buruk.
Seiring dengan berkembangnya sang bayi, fantasi ketidaksadaran mengenai payudara ini masih berlanjut dan berdampak pada kehidupan psikisnya sehingga muncul fantasi ketidaksadaran lainya. Fantasi ketidaksadaran yang muncul belakangan ini dibentuk melalui kenyataan yang dialam dan predisposisi bawaan. Salah satu fantasi ini adalah Oedipus complex atau keinginan anak untuk menghancurkan salah satu orang tuanya untuk terlibat secara seksual dengan orang tua satunya.
B.     Objek
Kelin setuju dengan Freud bahwa manusia mempunyai dorongan bawaan atau insting termasuk insting kematian. Dorongan-dorongan tersebut berupa objek. Objek-objek tersebut adalah dorongan lapar untuk mendapatkan payudara baik, dorongan berhubungan badan dan memiliki organ seksual, juga lainnya. Klein (1948) yakin bahwa sejak masa bayi awal anak sudah berkaitan dengan objek-objek eksternal ini, “dan kemudian mulai berminat pada wajah dan tangan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka” (Klein, 1991, hlm 757). Dalam khayalan aktifnya bayi mengintroyeksi atau mencapai struktur psikis pada objek eksternal; mereka juga berkhayalan dengan menginternalisasikan objek dalam istilah-istilah yang berwujud konkret. Contohnya, anak mengintroyeksikan sang ibu percaya bahwa ibunya akan selalu ada di dalam dirinya.

2.5 Posisi
Dalam usahanya untuk menghadapi dikotomi baik dan buruk atau dalam menghadapi objek internal dan eksternal, bayi mengatur pengalaman mereka berdasarkan posisi tertentu. Klein memilih istilah “posisi” daripada “tahapan perkembangan” untuk mengindikasikan bahwa posisi dapat maju dan mundur. Posisi bukanlah merupakan periode perkembangan dalam rentang waktu tertentu dalam fase kehidupan manusia
A.    Posisi Paranoid-Schizoid
Menurut klein, bayi mengembangkan posisi paranoid-schizoid ketika berusia tiga sampai empat bulan. Pada saat ini, egonya mempersepsi dunia eksternal sebagai dunia yang subjektif dan fantastis, bukan objektif nyata. Perasaan terancam pada seseorang bayi merupakan perasaan paranoid, yaitu perasaan yang tidak didasari oleh kenyataan atau bahaya dunia.
B.     Posisi Depresif
Anak yang sedang berada pada posisi depresif dapat mengenali objek yang dicintainya menjelma menjadi satu di waktu yang sama. Mereka saling mendekati satu sama lain untuk keinginan menghancurkan ibunya dan keinginan untuk memperbaiki atas penyerangan ini. Anak melihat ibunya sebagai suatu kesatuan dan dalam posisi yang berbahaya, jadi mereka bias merasa empati terhadapnya. Kualitas ini merupakan faktor yang menguntungkan bagi hubungan interpersonal di masa mendatang.

2.6 Mekanisme Pertahanan Psikis
            Klein (1955) mengemukakan bahwa sejak awal masa bayinya, anak dapat mengadopsi beberapa mekanisme pertahanan psikis untuk melindungi perasaan yang berasal dari kecemasan sadistis oral mengenai payudara, payudari sebagai objek yang destruktif dan menakutkan di satu sisi, namun payudara sebagai objek yang menyenangkan dan sangat membantunya di sisi yang lain. Untuk mengontrol kecemasan ini, bayi menggunakan beberapa mekanisme pertahanan diri, seperti introyeksi (introjection), proyeksi (projection), pemisahan (splitting), dan identifikasi proyektif (projective identification).

2.7 Internalisasi
Ketika teori relasi objek berbicara mengenai internalisasi, hal ini berarti bahwa orang melakukan introyeksi, yaitu memasukan aspek eksternal kemudian diolahnya menjadi rangka kerja yang bermakna secara psikologi. Toeri kleinian menekankan tiga internalisasi penting, yaitu ego, superego, dan Oedipus complex.
A.    Perkembangan Oedipal pada Perempuan
Pada awal perkembangan Oedipal Feminim, yaitu selama bulan pertama dalam kehidupan seorang anak perempuan melihat payudara ibunya sebagai objek “baik dan buruk”. Kemudian sekitar usia 6 bulan ia mulai melihat payudara lebih sebagai objek yang positif daripada negatif. Setelah itu, ia mulai melihat ibunya secara keseluruhan sebagai objek yang penuh dengan kebaikan dan sikap ini membuatnya berimajinasi mengenai bagaimana hadirnya seorang bayi. Ia juga berkhayal bahwa penis ayahnya memberi ibunya berbagai hal, termasuk bayi-bayi. Oleh karena anak perempuan kecil ini melihat penis ayahnya sebagai pemberi bayi, maka ia mengembangkan hubungan positif terhadap penis ayahnya dan berkhalayl bahwa ayahnya akan memenuhinya dengan bayi-bayi. Jika proses perkembangan Oedipus Feminin ini berjalan dengan mulus, maka anak perempuan akan menempatkan dirinya pada posisi feminism dan mengembangkan hubungan yang positif dengan kedua orang tuanya.
B.     Perkembangan Oedipal pada Laki-laki
Seperti pada anak perempuan, anak laki-laki juga memandang payudara ibunya sebagai objek baik dan buruk (Klein,1945). Kemudian selama bulan-bulan pertama perkembangan Oedipal, anak laki-laki mengganti hasrat oralnya, yang semula pada payudara ibunya diganti menjadi hasrat terhadap penis ayahnya. Pada masa ini, anak laki-laki sedang berada pada posisi feminine di mana ia mengadopsi sikap homoseksual pasif terhadap ayahnya. Kemudian, ia bergerak menuju hubungan hetroseksual dengan ibunya. Oleh karena perasaan homoseksual terhadap ayahnya yang pernah dimilikinya, maka ia tidak takut ayahnya akan mengebirinya. Klein percaya bahwa posisi homoseksual pasif ini merupakan faktor awal terbentuknya hubungan hetroseksual yang sehat dengan ibunya. Sederhananya, seorang anak laki-laki harus memiliki perasaan yang baik terhadap penis ayahnya terlebih dahulu, sebelum ia dapat menilai miliknya.

2.8 Teori Kedekatan dan Hubungan Orang Dewasa
            Peneliti melakukan penelitian mengenai konsep kedekatan dan hubungan romantis orang dewasa. Salah satunya adalah Steven Rholes dan rekan-rekannya. Mereka menguji gagasan gaya kedekatan yang dihubungkan dengan jenis informasi yang dicari atau dihindari oleh orang yang bersangkutan terhadap hubungan romantis mereka dengan pasangannya. Peneliti meramalkan bahwa individu penghindar, tidak mencari informasi tambahan tentang perasaan dan mimpi-mimpi terdalam pasangan mereka, sedangkan individu yang bersemangat menyatakan suatu keinginan yang kuat untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang pasangannya. Individu tipe penghindar umumnya bekerja keras untuk memelihara kebebasan emosional. Oleh karena itu, mereka tidak memerlukan informasi yang bias meningkatkan kedekatan. Mereka memandang kedekatan ini akan menjadi penghambat dari kebebasan mereka. Sebaliknya, individu pencemas merasa cemas akan status hubungan mereka dan ingin memperkuat ikatan emosional dengan mencari sebanyak mungkin informasi perasaan yang intim dari pasangan mereka.
            Kedekatan (attachment) merupakan konstruksi psikologi kepribadian yang secara terus menerus menghasilkan banyak penelitian penting. Saat kajian mengenai teori kedekatan mulai memahami perbedaan dalam hubungan anak-orang tua, penelitian terkini menyebutkan bahwa dinamika yang sama (gaya kedekatan rasa aman, penghindar, dan pencemas) dinilai penting untuk memahami konsep hubungan, mulai dari hubungan pasangan romantis hingga hubungan pemimpin militer dan prajuritnya (Feist, 2010).

2.9 Psikoterapi
Klein, Mahler, Kohut, dan Bowlby adalah psikoanalis yang terlatih dalam praktik-praktik ortodoks Freudian. Meskipun demikian, masing-masing dari mrrrka memodifikasi penanganan psikoanalitisnya sesuai dengan orientasi teoretisnya. Banyak ahli mengemukakan teori yang bervariasi mengenai pendekatan terapi.
Kepeloporan Klein menggunakan psikoanalisis terhadap anak-anak tidak diterima dengan baik oleh analis-analis lain selama tahun 1920-an hingga 1930-an. Penolakan gagasan mengenai  psikoanalisis terhadap masa kanak-kanak ini terutama dilakukan oleh Anna Freud, yang menyatakan bahwa terapis tidak dapat mengembangkan transferens pada anak kecil yang masih sangat dekat dengan orang tuanya karena mereka tidak memiliki khayalan atau gambaran yang tidak sadar. Oleh karena itu, ia mengklaim bahwa anak kecil tidak bisa memperoleh keuntungan dari terapi psikoanalisis. Sebaliknya, Klein percaya bahwa, baik anak-anak yang sehat maupun yang mengalami gangguan harus melakukan psikoanalisis. Anak-anak yang mengalami gangguan akan memperoleh keuntungan dari  penanganan terapeutik. sementara anak-anak yang sehat akan memperoleh keuntungan dari analisis  prophilactic. Konsisten dengan keyakinannya, ia bersikeras melakukan analisis terhadap anak-anaknya sendiri. Ia juga bersikeras bahwa keberhasilan psikoanalisis terhadap anak ditentukan dengan adanya transferens negative, sebuah pandangan yang tidak disetujui Anna Freud dan banyak psikonalis lainnya.
Untuk memunculkan transferens negatif dan khayalan agresif, Klein menyediakan mainan kecil, pensil dan kertas, cat, krayon, dan sebagainya untuk setiap anak. Ia mengganti pendekatan analisis mimpi dan asosiasi bebas dari Freud dengan terapi bermain. Ia percaya bahwa anak kecil dapat mengekspresikan berbagai keinginan mereka yang tidak sadar dan sadar melalui terapi bermain. Terapi bermain juga mendukung adanya transferens negative, yaitu ketika pasien Klein yang masih anak-anak menyerangnya secara lisan. Hal ini memberinya pcluang untuk menginterpretasikan alasan-alasan tidak sadar di balik serangan-serangan tersebut (Klein, 1943).
Tujuan dan terapi Kleinian adalah mcngurangi perusuan kecemasan yang depresif dan ketakutan yang mengancam dan untuk mengurangi kekerasan objek yang terinternalisasi. Untuk memenuhi tujuan tersebut, Klein mendorong pasien-pasiennya untuk mengalami kembali emosi dan khayalan awal, nanum kali ini dengan bantuan terapis. Tugas terapis adalah menunjukkan perbedaan antara kenyataan dan khayalan serta antara tidak sadar dan yang sadar. Ia juga mengizinkan pasiennya untuk mengekspresikan transferens positif dan negatif. Situasi ini penting agar terbentuk pemahaman pasien mengenai  bagaimana khayalan tidak sadar berhuhungan dengan situasi-situasi sehari-hari. Begitu hubungan ini dibuat, pasien-pasien merasakan  berkurangnya penderitaan yang diakibatkan oleh objek yang diinternalisasinya, berkurangnya kecemasan depresifnya, dan mampu memproyeksikan ketakutan internal yang dialaminya pada dunia luar.

2. 10 Kritik Terhadap Teori Objek
Kritik terhadap Teori Relasi Objek Saat ini. teori relasi objek menjadi lebih populer di Inggris dibanding di Amerika Serikat. "British School" memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam psikoanalisis dan psikiatris di Inggris. Di Amerika, meskipun masih tetap berkembang, pengaruh dari teori relasi objek tidak terlalu dirasakan secara langsung.
Bagaimanakah penilaian terhadap teori ini dalam hal mcngembangkan penelitian? Pada tahun 1986, Moriss Bell dan rekan-rekannya memublikasikan. Bell Object Relations Inventory (BORI), sebuah kuesioner penilaian diri (self report) yang mengidentifikasi empat aspek relasi objek, yaitu alienation, kedekatan (attachment), egosentrisitas (egocentricity) dan ketidak kompetenan sosial (social incompetence). Sampai saat ini, hanya beberapa penelitian yang menggunakan BORI untuk meneliti relasi objek secara empiris. Bagaimanapun juga, pada saat ini teori relasi objek telah mendorong munculnya banyak penelitian. Oleh karena itu. kami memberikan nilai yang rendah pada teori relasi objek dalam kemampuannya menghasilkan  penelitian, namun dilihat dari aspek kegunaannya. teori ini dinlai cukup tinggi untuk memenuhi kriteria.
Oleh karena teori relasi objek berkembang dari teori  psikoanalisis orthodoks, maka sama seperti teori Freud, teori ini menghadapi permasalahan dalam hal ketidakmampuannya untuk diulang atau diuji kebenarannya. Kebanyakan gagasannya didasarkan pada apa yang terjadi dalam diri psikis seorang bayi sehingga asumsi tersebut tidak dapat diulang untuk disangkal atau dibenarkan. Teori ini tidak membiarkannya untuk di sangkal atau dibenarkan karena teori ini hanya memunculkan sangat sedikit hipotesis yang bisa diuji. Di lain pihak, teori kedekatan dinilai tinggi dalam hal ketidakmarnpuannya untuk diulangi.
Mungkin, kegunaan yang paling penting dari teori relasi objek adalah kemampuannya dalam mengorganisasi atau mengelola informasi tentang perilaku bayi. Melebihi kebanyakan pencetus lain, pencetus relasi objek berspekulasi terhadap bagaimana manusia secara bertahap menjadi lebih peka terhadap identitas mereka. Klein, dan terutama Mahler, Bowlby, dan Ainsworih, membangun teori mereka secara hati-hati berdasarkan pengamatan terhadap hubungan ibu dan anak. Mereka melihat interaksi antara bayi dan ibunya dan mengambil kesimpulan berdasarkan apa yang mereka lihat. Bagaimanapun, di luar masa kanak-kanak,. teori relasi objek kurang bermanfaat sebagai  pengorganisasi (pengelola) pengetahuan. Sebagai panduan untuk para praktisi. teori relasi objek dinilai lebih baik dibanding sebagai pengorganisasi data atau hipotesis teruji yang dihasilkannya. Orang tua para bayi dapat belajar banyak tentang kehangatan, penerimaan, dan pengasuhan yang baik. Psikoterapis menemukan bahwa teori ini berguna tidak hanya bagi pemahaman  perkembangan awal dari klien mereka, tetapi juga untuk memahami dan  bekerja dengan hubungan yang jelas yang dibentuk klien dengan para terapisnya, yang mereka lihat sebagai pengganti orang tua.
Dalam kriteria konsistensi, setiap teori yang didiskusikan dalam bab ini memiliki konsistensi internal yang tinggi, tetapi beberapa pencetus teori menyatakan ketidaksetujuannya dalam beberapa hal. Walaupun mereka semua memiliki kepentingan utama yang sama dalam hubungan manusia, tetapi perbedaan di antara mereka melebihi  persamaan yang ada pada mereka. Sebagai tambahan. kami menilai rendah teori relasi objek dalam hal kriteria kesederhanaan (parsimony). Khususnya pada teori Klein yang menggunakan frase-frase yang kompleks dan tidak perlu dalam mengekspresikan teorinya.




BAB 3
PEMBAHASAN KASUS

3.1 Kasus
Seorang siswi kelas X di sebuah SMA bernama Novi memiliki perilaku yang sangat kurang terpuji di dalam kelasnya. Ia tampil sebagai seorang siswi yang nakal , sangat emosional , pemalas , tidak memiliki motivasi hingga ia sering terlibat percekcokan dengan teman-teman sekelasnya. Dari informasi yang beredar bahwa novi berasal dari keluarga pengusaha kaya raya yang kedua orang tuanya selalu sibuk terlebih ayahnya yang sering berpergian keluar negeri untuk urusan bisnis. Meskipun begitu novi terlihat akrab dengan ayahnya daripada ibunya. Sejak kecil novi sering di asuh oleh pengasuh bayaran.
3.2 Pembahasan
            Menurut teori dari sudut pandang relasi objek Melanie Klein, prilaku ini bias jadi berhubungan antara Novie dengan ibunya, bahwa Novie memiliki hubungan yang kurang baik dengan ibu kandungnya di rumah. Hubungan Novie dengan ibu kandungnya sering diwarnai dengan pertengkaran dan novie kurang merasa nyaman dengan ibu kandungnya. Hal ini semakin diperparah dengan kondisi dimana ayah Novi jarang dirumah dan kurang peduli akan kondisi keluarganya. Dari hasil wawancara diketahui bahwa Novie lebih nyaman berbicara dengan ayahnya ketimbang ibu kandungnya.
Ketidak harmonisan hubungan Novie dengan ibunya , terjadi sejak Novie masih kecil. kemungkinan Novie sering menjadi marah pada ibunya sejak kecil karena pada saat ia ingin bersama sang ayah , ibunya datang mengganggu seperti memberi perintah , memarahi ayahnya , atau mengajak novie ke tempat lain sehingga pada saat usia kanak-kanak Novie jarang menghabiskan waktu dengan ayahnya , sehingga menimbulkan kekesalan pada dirinya yang tidak dapat menghabiskan waktu dengan ayah berujung pada hubungan Novie yang kurang baik dengan Ibunya saat ini sebab ia menganggap bahwa ibunya lah yang membuat ia tidak bisa dekat dengan ayahnya. Karena hubungan yang kurang baik maka Novie menjadi sulit untuk bercerita , curhat dengan ibunya , dan mendapat kasih sayang dari ibunya sehingga ia sering menjadi frustasi dan bentuk frustasinya disalurkannya dengan sikapnya yang keras kepala , pemarah , dan sering bertengkar dengan teman-temannya selain itu rasa percaya Novie kepada ibunya sangat rendah sekali , sehingga ia merasa tidak nyaman dan selalu menganggap ibunya sebagai musuh.
Akibat sang ibu sibuk bekerja dan ia tidak pernah melakukan kontak langsung dengan anaknya sehingga membuat hubungan emosionalnya menjadi kurang dekat dengan Novie akibatnya ia sering mengalami konflik dengan Novie dan sulit untuk mendekatkan diri.



BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1.      Pencetus teori relasi objek mengasumsikan bahwa hubungan antara ibu dan anak pada masa usia empat sampai lima tahun pertama adalah masa paling kritis untuk perkembangan kepribadian. Klein percaya bahwa representasi internal psikis adalah bagian yang terpenting dalam objek signifikan awal, seperti pada payudara ibu atau penis ayah.
2.      Bayi mengintroyeksikan representasi psikis sebagai struktur psikis mereka sendiri dan memproyeksikannya sebagai eksternal objek, yaitu orang lain. Gambaran internal ini bukan merupakan gambaran yang akurat dari orang lain, tetapi akan tetap menjadi bagian dari pengalaman interpersonal.
3.      Untuk menghadapi masalah payudara yang mengayomi (nurturing breast) dan payudara yang membuat frustasi (frustrating breast), bayi membedakan objek menjadi objek baik dan buruk dan pada saat yang bersamaan, mereka juga membagi ego mereka sendiri sehingga memberi tampilan ganda tentang dirinya sendiri.
4.      Selama awal Oedipus complex pada perempuan, anak perempuan mengadopsi posisi feminine terhadap kedua orang tuanya. Ia juga mengembangkan perasaan positif, baik terhadap payudara ibunya juga terhadap payudara ibunya juga terhadap penis ayahnya. Penis ayahnya ini dipercaya bias memberikan bayi. Terkadang anak perempuan mengembangkan keinginan untuk berbuat jahat terhadap ibunya. Ia takut ibunya akan menyerangnya dan mengambil bayi-bayinya.
5.      Oedipus complex pada laki-laki melebur ketika seorang anak laki-laki sudah membangun hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya dan merasa nyaman serta menerima jika kedua orang tuanya melakukan hubungan seksual satu sama lain.




DAFTAR PUSTAKA

Feist. 2010. Teori Kepribadian Theori of Personality. Jakarta: Salemba humanika.
Klein,M. 1991. The Freud-Klein Controversies. London: Tavistock/Routledge.
Tavris, Carol. 2007. Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSIKOLOGI EKSISTENSIAL : ROLLO MAY

TEORI PERSON-CENTERED

ANALISIS KASUS MENGGUNAKAN PENDEKATAN PSIKOANALISIS DAN PENDEKATAN ADLER