ANALISIS KASUS MENGGUNAKAN PENDEKATAN PSIKOANALISIS DAN PENDEKATAN ADLER


Nama                          : Fitri Insi Nisa
NIM                            : 0106518060
Program Studi           : Bimbingan Konseling S2
Mata Kuliah              : Teori Kepribadian
Dosen Pengampu      : Dr. Anwar Sutoyo, M.Pd
                                      Dr. Awalya, M.Pd., Kons.

Kasus 1 :
Andin adalah seorang siswi kelas X SMA di sekolah tempat saya bekerja dulu. Andin siswi yang cukup pintar dalam bidang akademik dilihat dari nalai-nilainya yang selalu di atas rata-rata, tetapi ia memiliki permasalahan ketika guru memberikan tugas yang harus semua siswa presentasikan di depan kelas, ia selalu gugup dan berkeringat jika mendapat giliran maju kedepan. Terlebih pada suatu hari semua siswa biasanya setiap pagi sebelum masuk ke kelas untuk belajar mereka bergantian mendapat giliran untuk memimpin membaca Asmaul Khusna di depan seluruh siswa-siswi kemudian mereka mengikutinya. Tibalah giliran Andin yang menjadi petugas, ketika sedang berada di depan seluruh siswa ia terlihat sangat gugup sekali dan matanya seperti berkaca-kaca ingin menangis ketika ia melakukan beberapa kali kesalahan dalam mengucapkan Asmaul Khusna karena tidak hafal.
Analisis Permasalahan menggunakan Pendekatan Psikoanalisis :
Ketakutan Andin muncul ketika ia harus berbicara di depan umum terlebih jika ia melakukan kesalahan ternyata diakibatkan dari pengalaman masa lalunya yang ia ceritakan pada konselor saat itu. Andin pernah memiliki pengalaman yang tidak bisa ia lupakan ketika ia akan lulus sekolah TK, pada saat itu sebelum anak-anak dinyatakan lulus mereka harus menghafal bacaan sholat dan surat-surat pendek disaksikan oleh orang tua dan beberapa teman-temannya. Ia mengaku pada saat pertama ia melakukan kesalahan karena tidak begitu hafal bacaan sholat beberapa teman-temannya menertawakannya tetapi kemudian guru sekolah Andin melerainya selanjutnya ketika ia melakukan kesalahan lagi mereka tidak lagi menertawakannya. Permasalahan selanjutnya terjadi ketika setelah selesai test beberapa dari orang tua teman Andin membicakan Andin yang melakukan banyak kesalahan terdengar oleh ibu Andin, hal ini Andin ketahui ketika ia dan orang tuanya pulang di perjalanan Andin di marahi oleh mereka karena mereka merasa malu jika orang-orang membicarakan kejelekan anak mereka, menurut Andin kedua orang tuanya itu orang yang sangat perfectionis.  Hal ini selalu diingat Andin sampai sekarang dan menjadi trauma tersendiri ketika Andin melakukan test-test tertentu yang mengaharuskan ia berbicara di depan umum, ia memiliki ke khawatiran yang berlebih akan melalukan kesalahan,
Perspektif psikoanalisis memberikan cara baru untuk memandang beberapa contoh semua tindakan yang Andin yang memiliki suatu penyebab. Penyebab itu lebih sering merupakan tindakan alam bawah sadar kita. Dalam kasus Andin, masa lalunya lah yang menjadi penyebab permasalahan yang ia alami. Seperti yang telah di jelaskan diatas mengenai ketakutan Andin, konselor menggunakan teknik asosiasi bebas dalam menggali masa lalu dari Andin agar ia dapat menceritakan dan melepaskan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi tersebut.
Analisis Permasalahan menggunakan Pendekatan Adler :
Menurut pendekatan Adler kasus Andin ini masuk kepada prinsip rendah diri, ketika Andin menyadari eksistensinya sangat kurang ia akan merasa rendah diri akan perannya pada lingkungan sekitar. Sasaran dari konselor salah satunya mengurangi rasa rendah diri Andin yaitu dengan cara memberi dukungan pada Andin bahwa ia mempunyai kemampuan sehingga jika rasa rendah dirinya berkurang atau hilang ia mampu mencapai kebahagiaan hidup dan mampu menjalani interaksi sosial dengan baik. Solusi tersebut bisa konselor lakukan dengan menggunakan teknik komparatif. Dalam teknik ini konselor melakukan perbandingan konseli dengan konselor. Dengan empati, konselor mencoba membayangkan permasalahan yang di alami Andin. Menolong Andin agar bisa berorientasi ulang yang difokuskan untuk mendorong ia agar bisa melihat alternatif yang baru dan lebih fungsional. Andin didorong semangatnya dan sekaligus ditantang untuk mengembangkan keberaniannya mengambil resiko dan membuat perubahan yang baik dalam hidupnya agar lepas dari trauma yang dialami nya.
Kasus 2 :
POJOKSATU.id, LAMPUNGYG (15), pemerkosa sapi dan kambing tetangganya di Lampung ditetapkan sebagai tersangka bersama kakaknya, SA (23) dan ayahnya JM (45). Namun YG jadi tersangka bukan karena kasus pemerkosaan sapi dan kambing tetangganya. Ia menjadi tersangka karena memperkosa kakak kandungnya sendiri, AG (18). SA dan JM juga ikut mempekosa AG berulang kali. Karena itu, ketiganya ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka. Kasat Reskrim Polres Tanggamus AKP Edi Qorinas mengatakan, JM bersama dua anaknya telah ditahan. YG diketahui memperkosa AG sebanyak 60 kali, sementara SA melakukannya 120 kali dan ayahnya JM melakukan lima kali. Perbuatan biadab itu dilakukan selam satuhun terakhir. Perbuatan biadab itu dilakukan di rumah mereka di Pekon Panggung Rejo, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, Lampung. “Sudah, ketiganya sudah jadi tersangka. Korban merupakan penyandang disabilitas atau ada keterbelakangan mental,” ucap AKP Edi Qorinas, Sabtu (23/2/2019). Para pelaku dijerat dengan pasal berlapis, yakni Pasal 81 ayat 3 UU RI No 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak dengan ancamn hukuman minimal 5 tahun dan maksimal 15 tahun. Selain itu, pelaku juga juga dijerat Pasal 46 UU RI No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga dengan ancaman hukuman paling lama 12 tahun. Pelaku juga disangka melanggar Pasal 285 KUHP dengan ancaman hukuman paling lama 12 tahun penjara. Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Tanggamus Ipda Primadona Laila menduga para pelaku mengalami kelaian, terutama YG. Saat diperiksa, pelaku YG tampak santai dan nyeleneh. Menurut Ipda Primadona, saat ditanya, tidak ada penyesalan yang terlontar dari mulut YG. Padahal di mengku pernah memperkosa sapi dan kambing tetangganya. “Dia sempat meniduri kambing dan sapi milik tetangga. Kenapa kita bilang agak kelainan, karena tidak ada rasa penyesalan. Hanya senyum cengengesan, nggak ada muka menyesal atau merasa malu, merasa berdosa, santai aja,” ucap Ipda Primadona. Dikatakan Ipda Primadona, ketiga pelaku saling mengetahui satu sama lain saat memperkosa korban. YG dan SA pernah melihat ayahnya JM memperkosa AG. Begitupun sebaliknya, JM juga pernah melihat anaknya memperkosa korban. Namun, JM tidak melarang, bahkan terkesan dibiarkan. “Bapaknya tahu anak-anaknya itu menyetubuhi anak kandungnya tapi dibiarkan saja. Saling tahu tapi dibiarkan. Waktu itu adiknya yang bungsu (YG) ini melihat kalau saudara perempuannya ditiduri bapaknya, dibiarin. Jadi saling tahu mereka ini,” pungkasnya.

Analisis Permasalahan menggunakan Pendekatan Psikoanalisis :
Jika di lihat dari ID awal ketiga orang tersebut berperilaku menyimpang berawal dari sang Ayah menonton video porno kemudian kedua anaknya tertarik dan ikut menonton. Secara tidak langsung alam bawah sadar mereka tersugesti akan hal-hal yang mereka tonton, terlebih jika menonton berulang-ulang kali membuat keinginan mereka semakin muncul.
Jika dilihat dari Ego keinginan untuk lebih dari sekedar itupun muncul, maka akan bertindak dan berfikir bagaimana keinginan mereka terpenuhi, keinginan mereka yang tak bisa terkontrol berusaha mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan apapun cara yang akan di gunakan termasuk melampiaskannya kepada anak/kaka mereka AG itu menunjukan sikap ego karena mereka bergerak berdasarkan prinsip realitas yang berusaha untuk memuaskan keinginan id dan menyesuaikan diri dengan realita keinginan.
Jika dilihat dari Superego tidak ada pengontrolan yang dilakukan oleh ketiga orang tersebut. Id mereka cenderung sangat dominan, apalagi seperti cerita kasus diatas yang telah kita baca mereka melakukannya sampai ratusan kali kepada AG bahkan YG pernah beberapa kali kepada hewan, hal itu sudah benar-benar sangat menyimpang dari norma-norma kemanusiaan tidak etis dilakukan oleh seorang ayah dan anaknya.
Follow up harus dilakukan oleh orang yang lebih professional di bidangnya dari pada konselor, kasus tersebut bukan lagi dalam ranah pertanggung jawaban konselor karena sudah masuk pada tindakan asusila dan criminal, terlebih menurut informasi di atas YG (15th) ketika di wawancarai polisi seperti tidak ada penyesalan dan rasa malu tetapi malah cengengesan dan yang apling parah melakukan tindakan tersebut sebanyak 120 kali kepada AG dan hewan tetangganya, hal ini menunjukan kemungkinan besar ia memiliki kelainan dalam kepribadiannya. Psikiater dan Aparat Penegak Hukum mungkin bisa lebih berperan penting dalam menangani kasus ke ini serta mungkin bisa di tambahkan tokoh agama agar supaya bisa mengajarkan ketiga orang tersebut lebih dekat dengan Allah SWT sehingga menyadari akan perbuatannya dan bertobat.

Analisis Permasalahan menggunakan Pendekatan Adler :
Menurut pendekatan Adler kasus ini merupakan prinsip dari gaya hidup yang salah yang di terapkan oleh Ayahnya. Gaya hidup yang diikuti individu adalah kombinasi dari dua hal, yakni dorongan dari dalam diri (the inner self driven) yang mengatur arah perilaku, dan dorongan dari lingkungan yang mungkin dapat menambah, atau menghambat arah dorongan dari dalam tadi. Kasus ini menjelaskan jika gaya hidup yang menyimpang di mulai dari seringnya menonton video porno yang dilakukan oleh ketiga orang tersebut diiringi dengan dorongan dari dalam diri orang tersebut yang tidak dapat terkontrol dan lingkungan keluarga (ajaran ayahnya) yang mengajarkan ia seperti itu. Meskipun Adler mangakui bahwa masa lalu adalah penting, namun ia menganggap bahwa yang terpenting adalah masa depan. Yang terpenting bukan apa yang telah individu lakukan, melainkan apa yang akan individu lakukan dengan diri itu pada saat tertentu.  Jadi kepribadian mereka bisa terbentuk bukan hanya dari masa lalu tetapi bisa juga dari pengalaman yang saat ini mereka dapatkan dari Ayah mereka. Tujuan akhir manusia akan dapat menerangkan perilaku manusia itu sendiri, tujuan akhir dari pembelajaran menyimpang yang mereka dapatkan adalah hal-hal yang tidak etis untuk dilakukan. Jika kepribadian kedua kaka adik YG dan SA sudah di tangani oleh ahlinya mungkin selanjutnya bisa menerapkan teknik pendekatan Adler yang menolong klien agar dapat berorientasi ulang hal yang esensial dari fase ini adalah komitmen karena bila klien mengharapkan dirinya berubah maka harus ada kemauan untuk menyediakan tugas bagi dirinya sendiri dan mau berbuat sesuatau yang khusus terhadap problema yang dihadapinya.
Kasus 3 :

TRIBUNNEWS.COM, GRESIK - Nur Khalim (30) guru honorer yang mengajar mata pelajaran IPS di kelas IX SMP PGRI Wringinanom, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik menceritakan kronologi saat dilecehkan muridnya sendiri di dalam kelas saat mengajar. Pria yang kerap disapa Pak Alim itu menjadi viral usai muridnya melawan saat ditegor agar tidak merokok di dalam kelas. Bahkan siswa bernama AA (15) dengan berani menantang gurunya itu, kerah bajunya pun sempat dipegang beberapa kali. Tidak sampai disitu, AA semakin menjadi-jadi, dia berani memegang kepala gurunya itu. Teman sekelasnya, tidak ada yang menegur. Mereka lebih memilih merekam aksi tidak terpuji tersebut. Sambil diselingi tawa, mereka tampak menikmati apa yang dilakukan temannya kepada seorang guru.

Analisis Permasalahan menggunakan Pendekatan Psikoanalisis :

Secara garis besar, faktor pertama yang menyebabkan siswa melakukan aksi kekerasan kepada gurunya sendiri itu bersifat psikologis. Yang bersangkutan cenderung berkepribadian impulsif dan acap kali kesulitan mengendalikan emosi. Kondisi psikis ini melengkapi faktor sosialisasi dan subkultur kekerasan yang berkembang di habitat sosialnya. Penganiayaan itu terjadi lantaran sang ia sudah tak bisa menahan dan melampiaskan emosinya dengan marah yang bertubi-tubi. Kondisi ini biasanya terbentuk di lingkungan keluarga dan sudah terjadi sejak kecil, ketidakmamampuan dia mengontrol emosinya, berperilaku inklusif dan mudah terusik. Menurut Freud sendiri kepribadian manusia terbentuk mulai dari lima tahun awal perkembangan sehingga ketika ia sudah besar terbentuklah kepribadian yang seperti itu.
Follow up Konselor bisa menggunakan teknik transferensi dalam keadaan normal adalah pemindahaan emosi dari satu objek ke objek lainnya, ketika siswa sedang memiliki emosi yang berlebih ia bisa memindahkan emosi tersebut kepada suatu benda, konseli meluapkan setiap emosinya kepada orang yang sedang ia bayangkan di hadapannya. Transferensi menjadi perlu ketika dalam proses terapi adanya urusan yang tidak terselesaikan (unfinished business) dari masa lalu klien dengan orang-orang yang dianggap berpengaruh menyebabkan klien mendistrosi. Selanjutnya pendidikan karakter yang perlu lebih di terapkan, pelajaran tentang budi pekerti sering kali tidak dikembangkan dengan serius. Hal ini terjadi karena banyak sekolah yang lebih mementingkan siswa sukses menempuh ujian nasional, kemudian dapat diterima di PTN terkenal sebagai representasi reputasi sekolah.

Analisis Permasalahan menggunakan Pendekatan Adler :
Teknik komparatif. Dalam teknik ini konselor melakukan perbandingan dirinya dengan konselor. Dengan empati, konselor mencoba membayangkan gaya hidup dan masalah klien dalam dirinya. Atas dasar itu konselor kemudian membantu klien untuk memperbaiki gaya hidup dan memecahkan masalah klien. Siswa juga bersikap tak sepantasnya kepada guru mungkin karena ia ingin terlihat sebagai jagoan (superior) di mata teman-temannya namun Superioritas yang dimaksud adalah superior atas diri sendiri. Jadi daya penggerak yang utama dalam hidup manusia adalah dinamika yang mengungkapkan sebab individu berperilaku namun dalam kasus ini pergerakan menuju superior yang justru berdampak negative.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSIKOLOGI EKSISTENSIAL : ROLLO MAY

TEORI PERSON-CENTERED