OUTLINE PENDEKATAN GESTALT



TEORI DAN PENDEKATAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
(PENDEKATAN GESTALT)

Disusun guna memenuhi tugas Teori Pendekatan Konseling


 

Fitri Insi Nisa
0100518060



JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019



No
Aspek
Deskripsi
Referensi
1
Nama Teori & Pendekatan Konseling
PENDEKATAN KONSELING GESTALT

2
Tokoh Pengembang teori
Frederick S. Pearls (1893 – 1970).
Lebih dikenal dengan Fritz Perls lahir pada tanggal 8 Juli 1893 di Jerman, ia adalah seorang psikoterapis. Perls menciptakan istilah “Gestalt” terapi untuk mengidentifikasi psikoterapi yang ia kembangkan bersama istrinya, Laura Perls pada tahun 1940an dan 1950an. Kemudian Perls bergabung dengan Esalen Institute pada tahun 1964 tinggal disana sampai tahun 1969, ia berlatih bersama Jim Simkin. Dia mulai menawarkan lokakarya di Esalen Institute di Big Sur, California pada tahun 1963 dan mengembangkan teorinya disana. Pada tahun 1969 Perls meninggalkan Esalen dan mulai komunitas Gestalt di Lake Cowichan di Pulau Vancouver, Kanada. Fritz Perls meninggal karena jantung di Chicago pada tanggal 4 Maret 1970 setelah operasi jantung di rumah sakit Memorial Louis A. Weiss.

Corey, Gerald. 2017. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, Tenth Edition.  USA: Cengange learning.
3
Konsep Dasar:
a.   Hakekat manusia
b.   Konsep Kepribadian & Perkembangan
a. Hakekat Manusia
Menurut teori ini manusia dipandang seseorang yang mampu mengatur hidupnya sendiri dan mampu mengatasi permasalahan dalam hidupnya sendiri sehingga ia mampu menuju ke arah terbentuknya integritas atau suatu keutuhan pribadi.
Jadi hakikat manusia menurut teori gestalt adalah :
·      Manusia sulit dipahami kecuali kita harus melihat dalam keseluruhan konteksnya.
·     Merupakan bagian dari lingkungannya sehingga hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu.
·     Sangat berpotensi untuk menyadari sepenuhnya emosi, persepsi, pemikiran, sensasi dalam hidupnya.
·     Bebas memilih arah hidupnya dan bertanggung jawab atas pilihannya.
·     Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.

b. Konsep Kepribadian & Perkembangan
Menurut Perls, manusia yang sehat kepribadiannya adalah mereka yang dapat bertindak secara produktif dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan pemeliharaan, dan secara intuitif bergerak menuju pertumbuhan dan pemeliharaan diri (self-preservation). Setiap manusia dapat menangani dengan berhasil masalah dalam hidupnya jika mereka tahu siapa dirinya dan dapat mengorganisasikan (mengintegrasikan) semua kemampuannya ke dalam suatu rajutan tindakan-tindakan yang efektif kemudian individu memiliki kemampian untuk menuju keseimbangan dan meregulasi diri ketika menyadari apa yang terjadi di sekelilingnya. Individu berkembang melalui interaksi dengan lingkungan dengan membuat relasi (kontak) untuk emmenuhi sebuah kebutuhan.
Corey, Gerald. 2017. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, Tenth Edition.  USA: Cengange learning.

Sharf, Richard S.2012.Theories of Psychotherapy and
Counseling: Concepts and Cases.
5th Edition. USA: Cengange learning.

4
Proses Konseling (Tujuan & tahapan umum)
A.Tujuan :
Tujuan dasar terapi Gestalt adalah menciptakan eksperimen dengan konseli untuk membantu konseli dalam :
·        Mencapai kesadaran atas apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukannya. Kesadaran itu termasuk di dalamnya, insight, penerimaan diri, pengetahuan tentang lingkungan, tanggung jawab terhadap pilihannya.
·        Kemampuan untuk melakukan kontak dengan orang lain.
·        Memiliki kemampuan mengenali, menerima mengekspresikan perasaan, pikiran dan keyakinan dirinya.
·        Mendampingi klien dalam mencapai kesadaran dari pengalaman momen ke momen dan memperluas kapasitas dalam memilih. Yang mana tujuan terapi bukanlah analisis melainkan integrasi.
B. Tahapan umum :
1.     Tahap pertama (the beginning phase)
Pada tahap ini konselor menggunakan metode fenomenologi untuk meningkatkan kesadaran konseli, menciptakan hubungan dialogis, mendorong keberfungsian konseli secara sehat dan menstimulasi konseli untuk mengembangkan dukungan pribadi (personal support) dan lingkungannya. Secara garis besar yang dilalui dalam konseling tahap ini adalah :
·       Menciptakan tempat yang aman dan nyaman (safe container) untuk proses konseling.
·       Mengembangkan hubungan kolaboratif (working alliance).
·       Mengumpulkan data, pengalaman klien, dan keseluruhan gambaran kepribadiannya dengan pendekatan Fenomenologis.
·       Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab pribadi klien.
·       Membangun sebuah hubungan yang dialogis.
·       Meningkatkan self support, khususnya dengan klien yang memiliki proses diri yang rentan.
·       Mengidentifikasi dan mengklarifikasi kebutuhan-kebutuhan klien dan tema-tema masalah yang muncul dan membuat prioritas.
·       Konselor mempersiapkan rencana untuk menghadapi kondisi-kondisi khusus dari klien, seperti menyakiti diri sendiri, kemarahan yang berlebihan dan sebagainya.
·       Bekerja sama dengan klien untuk membuat rencana konseling.
2.     Tahap kedua (clearing the ground)
Pada tahap ini konseling berlanjut pada strategi-strategi yang lebih spesifik. Peran konselor adalah secara berkelanjutan mendorong dan membangkitkan keberanian konseli mengungkapkan ekspresi pengalaman dan emosi-emosinya dalam rangka katarsis dan menawarkan konseli untuk melakukan berbagai eksperimentasi untuk meningkatkan kesadarannya, tanggung jawab pribadi dan memahami unfinished business. Adapun proses tahap ini meliputi :
·        Mengeksplorasi introyeksi-introyeksi dan modifikasi kontak.
·        Mengatasi urusan yang tidak selesai (unfinished business).
·        Mendukung ekspresi-ekspresi konseli atau proses katarsis.
·        Melakukan eksperimentasi perilakubaru dan memperluas pilihan-pilihan bagi konseli.
·        Terlibat secara terus menerus dalam hubungan yang dialogis.
3.     Tahap ketiga (the existentian encounter)
Tahap ini merupakan fase tersulit karena pada tahap ini konseli menghadapi kecemasan-kecemasannya sendiri, ketidak pastian dan ketakutan-ketakutan yang selama ini terpendam dalam diri. Pada tahap ini terdapat beberapa langkah yaitu :
·        Menghadapi hal-hal yang tidak diketahui dan mempercayai regulasi diri organismik klien untuk berkembang.
·        Memiliki kembali bagian dari diri konseli yang tadinya hilang atau tidak diakui.
·        Memuat suatu keputusan eksistensial untuk hidup dan terus berjalan.
·        Bekerja secara sistematis dan teru-menerus dalam mengatasi keyakinan konseli yang destruktif, tema-tema kehidupan klien yang negative.
·        Memilih hidup dengan keberanian menghadapi ketidakpastian.
·        Berhubungan dengan makna-makna spiritual.
·        Mengalami sebuah hubungan perbaikan yang terus menerus berkembang.
4.     Tahap keempat (integration)
Pada tahap ini konseli sudah mulai mengatasi krisis-krisis yang dialami sebelumnya dan mulai mengintegrasikan keseluruhan diri (self), pengalaman dan emosi-emosinya dalam perspektif yang baru. Konseli telah mampu menerima ketidakpastian, kecemasan dan ketakutannya, serta menerima tanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Tahap ini terdiri dari beberapa langkah di antaranya yaitu :
·        Membentuk kembali pola-pola hidup dalam bimbingan pemahaman baru dan insight baru.
·        Memfokuskan pada pembuatan kontrak relasi yang memuaskan.
·        Berhubungan dengan masyarakat dan komunitas secara luas.
·        Menerima ketidakpastian dan kecemasan yang dapat menghasilkan makna-makna baru.
·        Menerima tanggung jawab untuk hidup.

5.     Tahap kelima (ending)
Pada tahap ini konseli siap untuk memulai kehidupan secara mandiri tanpa supervisi konselor. Tahap pengakhiran ditandai dengan proses sebagai berikut :
·        Berusaha untuk melakukan tindakan antisipasi akibat hubungan konseling yang telah usai.
·        Memberikan proses pembahasan kembali isu-isu yang ada.
·        Merayakan apa yang telah dicapai.
·        Menerima apa yang belum tercapai.
·        Melakukan antisipasi dan perencanaan terhadap krisis di masa depan.
·        Membiarkan pergi dan terus melanjutkan kehidupan.
Sharf, Richard S.2012.Theories of Psychotherapy and
Counseling: Concepts and Cases.
5th Edition. USA: Cengange learning.


Kevin a. Fall, janice miner holden, andre marquis. 2017. Theoretical Models of Counseling and Psychotherapy. 3Th. Edition.Routledge
711 Third Avenue, New York, NY
5
Kajian Empirik Efikasi/efektivitas Pendekatan di seting Pendidikan & sosial
Pada 1970 Beisser memberikansumbangan besar pada teori Gestalt ketikaia menulis tentang "The Paradoxical Theory of Change." Meskipun ia menulis tentang hubungan yang menyembuhkan antara terapis dan klien tapi teori para doxini dapat juga diterapkan dalam sistem yang lebih luas seperti dalam organisasi. Beisser Menyatakan bahwa perubahan akan terjadi ketika seseorang menjadi dirinya sendiri, bukan ketika ia mencoba menjadi yang bukan dirinya. Apalagi di Indonesia ini, kita sering mencoba menjadi yang bukan diri kita, sehingga perubahan jarang bahkan tidak pernah terjadi. Kita belum berani jujur mengakui siapa diri kita sesungguhnya karena takut sanksi dari masyarakat. Yang terjadi akhimya kebanyakan orang memakai roping tebal terus-menerus sehingga orang tidak mengenali dirinya lagi dan yang dikenal ialah topeng tebalnya itu. Perubahan akan terjadi bila manusia menanggalkan topeng tebalnya itu dan menjadi dirinya sendiri yang asli.

6
Diferensiasi dengan Teori/Pendekatan lain
a.   Keunggulan & dibanding teori lain
b.   Kritik terhadap teori
Adapun kelebihan dan keterbatasan itu adalah:
Kelebihan teori Gestalt :
  • Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan ke saat sekarang.
  • Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.
  • Terapi Gestalt menolakk mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.
  • Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna dan penafsiran-penafsiran sendiri.
  • Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah klien.
Kritik terhadap Teori Gestalt :
·       Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang kukuh.
·       Terapi Gestalt cenderung antiintelektual dalam arti kurang memperhitungkan faktor-faktor kognitif. Baik fungsi perasaan maupun fungsi pemikiran, sangatlah penting dalam terapi. Pada terapis Gestalt hanya menyisakan sedikit peluang bagi para klien untuk mengkonseptualkan dan memikirkan tindakan mengalaminya.
·       Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain.
·       Teradapat bahaya yang nyata bahwa terapis yang menguasai teknik-teknik Gestalt akan menggunakannya secara mekanis sehingga terapis sebagai pribadi tetap tersembunyi.
·       Para konseli sering bereaksi negative terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa dianggap tolol. Sudah sepantasnya terapis berpijak  pada kerangka yang layak agar tidak tampak hanya sebagai muslihat-muslihat.
Corey, Gerald. 2017. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, Tenth Edition
USA: Cengange learning.

7
Teori/Pendekatan lain sebagai turunan teori asal:
a.   Nama pendekatan
b.   Konsep Dasar Ringkas
Pendekatan Realitas, pendekatan realitas dikembangkan oleh William Glasser, seorang psikolog dari California. Dalam pendekatan ini, konselor bertindak aktif, direktif, dan didaktif. Dalam konteks ini, konselor berperan sebagai guru dan model  bagi konseli. Ciri yang sangat khas dari pendekatan ini adalah tidak terpaku pada kejadian – kejadian di masa lalu, tetapi lebih mendorong konseli untuk menghadapi realitas, yaitu melihat konseling sebagai proses rasional yang menekankan pada perilaku sekarang dan saat ini. Artinya, konseli ditekankan untuk melihat perilakunya yang dapat diamati daripada motif – motif bawah sadarnya. Dengan demikian, konseli dapat mengevaluasi apakah perilakunya tersebut cukup efektif dalam memenuhi kebutuhannya atau tidak. 
Gladding T. Samuel, 2015. Counseling a Comprehensive Profession_Konseling: Profesi yang Menyeluruh, edisi keenam. Jakarta: PT Indeks

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEORI PERSON-CENTERED

PSIKOLOGI EKSISTENSIAL : ROLLO MAY

ANALISIS KASUS MENGGUNAKAN PENDEKATAN PSIKOANALISIS DAN PENDEKATAN ADLER